Kamis, 08 Maret 2012

BUKAN HANYA ANJING, KUCING DAN MONYET- BERBAGAI JENIS HEWAN LAIN PUN PERLU BERMAIN

BUKAN HANYA ANJING, KUCING DAN MONYET- BERBAGAI JENIS HEWAN LAIN PUN PERLU BERMAIN

Dengan lebih akurat mengkarakterisasi bermain dan mengamati seluruh kerajaan hewan, maka manusia lebih bisa memahami diri mereka sendiri.

Melihat seorang anak kecil atau seekor anjing sedang bermain bukan pemandangan yang asing. Tapi bagaimana dengan kura-kura atau bahkan tawon?

Ternyata, mereka pun senang bermain.

Bahkan, menurut Gordon Burghardt, seorang profesor psikologi di Universitas Tennessee, Knoxville, banyak hewan – bukan hanya anjing, kucing, dan monyet – memerlukan sedikit waktu untuk bermain.

“Saya mempelajari perilaku reptil bayi dan remaja selama bertahun-tahun dan tidak pernah melihat apa pun yang saya pikir sebagai bermain. Lalu suatu hari tanpa sengaja saya melihat Pigface, kura-kura bercangkang lembut Nil, memukul-mukul bola basket di Kebun Binatang National, Washington, DC. Saya menyadari reptil juga senang bermain,” kata Burghardt.

Temuan Burghardt dibahas dalam The Scientist edisi Oktober. Untuk membaca artikel dan melihat video Burghardt tentang berbagai hewan yang bermain, kunjungi http://www.the-scientist.com/2010/10/1/44/1/

Pada artikel yang berjudul “Resess,” Burghardt menyoroti lima kriteria bermain. Burghardt menjadi salah satu peneliti pertama yang mendefinisikan “bermain” pada manusia dan juga pada spesies yang tidak diduga sebelumnya mampu bermain, seperti ikan, reptil dan invertebrata. Topik yang diangkat dalam artikel Burghardt muncul dalam buku, “The Genesis of Animal Play — Testing the Limits.”

Burghardt meringkas lima kriteria dalam satu kalimat: “Bermain adalah perilaku berulang yang tidak sepenuhnya fungsional dalam konteks atau dalam usia, yang mana hal itu dikerjakan dan dimulai secara sukarela ketika hewan atau orang berada dalam keadaan santai atau stres-rendah.”

Menurut Burghardt, dengan lebih akurat mengkarakterisasi bermain dan mengamati seluruh kerajaan hewan, maka manusia lebih bisa memahami diri mereka sendiri.

“Pada hewan, kita dapat mengevaluasi lebih cermat peran bermain dalam pembelajaran keterampilan, menjaga kebugaran fisik dan mental, meningkatkan hubungan sosial dan seterusnya daripada yang kita bisa dalam masyarakat,” kata Burghardt. “Kami kemudian dapat mengembangkan ide ini dan menerapkannya kepada manusia untuk melihat apakah dinamikanya juga sama pada pekerjaan. Sebagai contoh, peran bermain dalam mengurangi efek dari gangguan perhatian defisit hiperaktif pada anak-anak yang sedang dikaji berdasarkan penelitian pada tikus.”

Bermain telah membantu terapi bagi anak-anak yang mengalami gangguan. Selain itu, studi-studi sedang berlangsung pada peran aktif manfaat dan secara intelektual merangsang kesenangan bagi para pensiunan. Demikian pula, pekerjaan yang menyerupai bermain sangat didambakan oleh manusia.

“Anak-anak dan orang dewasa sering ingin melakukan aktivitas menyenangkan diri dan akan bekerja keras untuk memiliki kesempatan melakukannya. Bagi orang-orang yang paling beruntung, pekerjaan mereka adalah bermain itu sendiri jika memenuhi lima kriteria,” kata Burghardt.

Penelitian Burghardt mengilustrasikan bagaimana bermain telah tertanam dalam biologi spesies, termasuk di dalam otak. Bermain, sebanyak psikologi hewan termasuk emosi, motivasi, persepsi dan kecerdasan, merupakan bagian dari sejarah evolusi mereka dan bukan hanya perilaku acak yang tak berarti, katanya.

“Bermain merupakan bagian integral dari kehidupan dan dapat membuat hidup menjadi berharga.”